Terdapat permasalahan yang umumnya terjadi dalam memandang Departemen Teknologi Informasi dalam organisasi. Sejatinya adanya departmen
TI diharapkan dapat meningkatkan produktivitas organisasi. Namun dalam kenyataannya terkadang departemen TI tidak memberikan kontribusi maksimal, bahkan dianggap menghambat proses bisnis organisasi. Departemen TI dianggap sulit untuk di
kontrol, cenderung menghabiskan biaya yang sangat besar dibanding departemen lain serta departemen TI kurang memiliki komunikasi yang baik dengan manajer
diatasnya maupun departemen yang lain.
Dalam tulisan ini akan uraikan metode, rekomendasi praktis untuk menjawab
permasalahan tersebut yang diutarakan oleh Piot B. Baschab dalam bukunya The Executive’s Guide to Information Technology, 2nd edition.
Manfaat Teknologi Informasi
Sebagian besar perusahaan
menggunakan teknologi untuk mendukung proses bisnis sehingga perusahaan membentuk departemen TI. Departemen Teknologi Informasi telah berkembang
dari hanya sebagai pengolah data operasional, menjadi
aspek utama dalam mendukung proses bisnis bahkan bisa mengendalikan proses
bisnis .
Tujuan dari penggunaan teknologi
dan departemen TI adalah untuk meningkatkan produktivitas dalam melakukan proses bisnis. Namun kadang investasi di bidang Teknologi Informasi tidak selalu berhasil meningkatkan produktivitas, banyak investasi besar TI gagal
meningkatkan produktivitas dalam proses bisnis. Hal ini disebut dengan istilah
Paradok produktivitas (dicetuskan Robert Solow tahun 1987).
Berbagai penelitian awal menyimpulkan
bahwa investasi di bidang Teknologi Informasi berperan dalam peningkatan
produktivitas, hal ini terlihat dalam perekonomian Amerika Serikat dimana pada pertengahan
tahun 1990 produktivitas mulai meningkat dan bergerak cepat diawal tahun 2000 akibat investasi di bidang TI.
Pada tahun 2002 Solow
mengemukakan bahwa paradok telah hilang, dimana ekonomi Amerika telah sangat
bergantung pada teknologi informasi.
Disamping itu berbagai penelitian
atau laporan yang mendukung kesimpulan bahwa penggunaaan Teknologi Informasi dalam
suatu organisai telah meningkatkan produktivitas diantaranya dilakukan oleh:
Kevin J. Stiroh (staff Federal Reserve), Alan Grenspan (Federal Reserve
Chairman), Erick Brynjonfsoon (Researcher Massachusetts Institute of
Techonology), Lorin Hitt (Wharton School at University of Pensnsylvania), O’
Mahoney and Van Ark tahun 2003. Pada tahun 2000-2005 data sensus mendukung kesimpulan
tersebut, Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukan bahwa pada periode tahun
2000-2005 tidak hanya menunjukan peningkatan produktivitas yang berkelanjutan,
namun produktivitas terus meningkat mengalahkan bidang manufaktur.
Namun pada beberapa tahun
terakhir penelitian diteruskan tentang dampak Teknologi Informasi terhadap
produktivitas. Dimana penelitian terbaru mencoba mengevaluasi secara lebih
rinci peningkatan produktivitas di sector ekonomi dan industri.
Tingkat pengaruh peningkatan
produktivitas ekonomi Amerika Serikat disebabkan investasi Teknologi Informasi masih
dalam perdebatan namun ada dua hal yang disepakati, pertama perkembangan
produktivitas pekerja dimulai tahun 1995 dan semakin berkembang pada tahun
2000. Kedua sebagian perkembangan produktivitas adalah akibat dari dibuat,
dikembangkan dan penggunaan Informasi Teknologi Informasi secara efektif dalam
organisasi.
Salah satu bukti peran Teknologi Informasi
(kombinasi penggunaan hardware dan software) terhadap perusahaan adalah
peningkatan ramalan penjualan secara signifikan, tutup buku lebih cepat,
penanganan inventori lebih ketat, rantai pasokan dipersingkat, komunikasi
dengan kostumer lebih efektif, informasi menjadi lebih baik untuk pengambilan
keputusan bisnis. Contoh beberapa perusahaan yang mendapatkan keuntungan dari
penggunaan Teknologi Informasi dalam kegiatan bisnisnya adalah: General
Electric (GE), Weirton steel, Roadway Express, United Health Group, KIAH,
Tsutaya, CSX, Dell Computer, Baptist Health South Florida, Atmos Energy dan
lain-lain.
Keuntungan inovasi Teknologi Informasi
tidak hanya berlangsung dikantor namun telah mempengaruhi gaya hidup dengan
adanaya perkembangan mobile computing,
teknologi wireless, internet, dan
media hiburan lain.
Perusahaan mengadopsi teknologi
untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi pengeluaran, mengendalikan
pendapatan, menyediakan kemampuan yang baru untuk konsumen dan pemasok, dan
meningkatkan daya saing. Peneliti, pendidik, ekonom, pakar, terutama manajer
bisnis dan konsumen setuju bahwa investasi dalam bidang Teknologi Informasi tidak
bisa dihindari dan mempunyai keuntungan bersifat umum. Namun yang mengejutkan bahwa studi tentang
kepuasan bisnis terhadap Teknologi Informasi dan inisiatif Teknologi Informasi
menghasilkan nilai yang jelek.
Kerugian Teknologi Informasi
Terlepas dari dampak yang
mengsesankan dari investasi di bidang teknologi dalam dunia bisnis, departemen
Teknologi Informasi merupakan sumber frustasi yang luar biasa, hilangnya
kesempatan, dan terjadinya ketidakefisienan dalam perusahaan. Sering pula
terjadi pertentangan manajer perusahaan dengan department Teknologi Informasi.
Salah satu bukti kegagalan
Teknologi Informasi disampaikan oleh Standish Group sebuah grup penelitian dan
konsultan teknologi yang telah melakukan analisis mendalam selama tujuh tahun
lebih (sejak tahun 1994) terhadap hasil atau keluaran dari perusahaan yang
bergerak dalam proyek Teknologi Informasi. Para peneliti mengemukakan bahwa
inisiatif Teknologi Informasi memiliki tingkat kegagalan sangat tinggi. Mereka
menemukan fakta bahwa lebih dari lima persen proyek Teknologi Informasi telah melebihi
batas waktu dan biaya awal. Tiga puluh satu persen proyek dibatalkan. Waktu
rata-rata penyelesaian proyek 222 persen dari perkiraan semula. Sehingga tidak
munngkin untuk menghitung peluang proyek yang hilang. Hanya sekitar enam belas
persen proyek dapat diselesaikan sesuai batas waktu dan biaya.
Satu decade kemudian Standish
Group menemukan tingkat keberhasilan meningkat menjadi dua puluh sembilan
persen namun nilai tersebut masih terbilang rendah. Dan diperkirakan pengeluaran untuk anggaran
Teknologi Informasi adalah 2-9 persen dari pendapatan.
Penelitian lain dilakukan KPMG
menemukan bahwa 87 persen proyek teknologi informasi yang disurvey mengalami
pembengkakan anggaran lebih dari 50 persen dari nilai awal, 45 persen proyek
mengalami kegagalan dari apa yang diharapkan, dan hamper 90 persen keluar dari
jadwal yang ditetapkan.
Selain itu sebuah survey yang
dilakukan symposium Joint Aerospace Weapon Systems (JAWS) menemukan bahwa 75
persen dari anggaran perankat lunak dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan
Amerika Serikat merupakan sitem yan tidak pernah digunakan atau dibatalkan
sebelum batas waktu penyelesaian.
Beberapa perusahaan yang
mengalami kerugian akibat kegagalan investasi Teknologi Informasi adalah:
Denver International Airport, Heshey Foods, Nike,Washington State Department of
Licensing, Missisippi Department of Information Technology Services (ITS),
Cisco System, Fox Meyyer Drug, Tri Valley Growers, W. W. Grainger Inc, dan
lain-lain.
Pada tahun 2005 IEEE
mepublikasikan perangkat lunak “hall of shame” menyoroti beberapa kegagalan
pelaksanaan sistem beberapa waktu sebelumnya. Total biaya untuk proyek-proyek
gagal sebesar $5 miliar dolar, belum lagi untuk biaya kerusakan, kehilangan
pendapatan, dan biaya lain.
Ketidakpuasan terhadap departemen
Teknologi Informasi di setiap level perusahaan didokumentasikan oleh marcy
Lacity dan Rudy Hirschheim dalam peneltiannya: Information Outsourching: Myths, Metaphors, and Realities. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa
hanya 2 dari 13 perusahaan yang di teliti stuju bahwa departemen Teknologi
Informasi sangat penting dalam mencapai keberhasilan perusahaan.
Seorang CIO menulis dalam majalah
CIO bahwa Teknologi Informasi dalam banyak perusahaan telah dikucilkan walaupun
diakui pentingnya terhadap proses produksi dan produktivitas. Selanjutnya
departemen Teknologi Informasi telah kehilangan rasa hormat dari departmen lain
dan departemen Teknologi Informasi telah keluar dari diskusi proses bisnis dan departemen
Teknologi Informasi telah kehilangan
konsistensi dalam manajemen proyek, proses, dan produksi.
Setelah diketahui permasalah dari
pengeluaran Teknologi Informasi, maka perusahaan harus lebih efektif mengelola
pengeluaran untuk Teknologi Informasi.
Kepuasan Teknologi Informasi
Salah satu cara yang digunakan
untuk mengukur efektifitas penggunaan Teknologi Informasi adalah dengan menentukan tingkat kepuasan
keseluruhan terhadap Teknologi Informasi meliputi: jumlah layanan level
konsumen, pengurangananggaran, peningkatan operasi bisnis, atau hal-hali lain
yang berhubungan dengan kepuasan terhadap Teknologi Informasi.
Awalnya perusahaan dengan
Teknologi Informasi yang terbatas berada pada kuadaran kepuasan terhadap
Teknologi Informasi rendah. Selanjutnya untuk meningkatkan operasional
Teknologi Informasi dan mencapai manfaat yang diharapkan, perusahan mulai
berinvestasi dalam teknologi. Selanjutnya tim manajerial mencari cara atau
menemukan cara untuk meningkatkan kepuasan terhadap Teknologi Informasi karena
telah dilakukan pengeluaran untuk investasi Teknologi Informasi.
IT satisfaction
vesus IT spending
Dilema Teknologi Informasi
Kenapa saat ini Teknologi
Informasi merupakan hal mutlak dalam setiap perusahaan, tapi kepuasan dari
manajer senior rendah terhadap departemen Teknologi Informasi? Kepuasan yan
rendah dari konsumen?
Mengapa perusahaan menghabiskan
anggaran sebesar 9 persen dari pendapatan untuk investasi di bidang Teknologi
Informasi sementara kapuasan dari hasil investasi belum sesuai yang diharapkan?
Permaslahan-permasalahan tersebut
merupakan salah satu dampak dari investasi Teknologi Informasi. Banyak
perusahaan terjebak dalam dilemma yang membingungkan. Mereka dituntut harus
berinvestasi dalam bidang Teknologi Informasi jika tidak untuk meningkatkan
produktivitas setidaknya untuk tetap bisa bersaing.
Penelitian yang telah dilakukan
menjelaskan bahwa kegagalan departemen Teknologi Informasi dalam efektifitas
anggaran, meningkatkan kepuasan telah merugikan perusahaan dan personel dari
departemen Teknologi Informasi tersebut.
Banyak perusahaan salah dalam
menangani permasalahan tersebut bahkan menambah masalah baru dengan peningkatan
anggaran untuk Teknologi Informasi. Hal tersebut menempatkan perusahaan
terdapat pada matrik pengeluaran yang sangat besar dengan harapan kepuasan yang
tinggi juga.
Typical company
progression
Referensi:
Baschab, B. Piot, J.
(2004) The Executive’s Guide to Information Technology, 2nd edition, New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc, pp. 3-23
0 comments:
Post a Comment